Keragaman seni budaya menjadi mosaik dalam kehidupan seni di masyarakat Jawa Timur. Pasalnya, hampir setiap kabupaten atau kota di provinsi ini memiliki kesenian yang menjadi ikon dan kebanggaan para masyarakatnya.
Lantas, apa saja 6 kesenian Jawa Timur yang begitu artistik dan menawan? Ini daftarnya!
1. Janger Banyuwangen
Janger atau kadang disebut Damarwulan atau Jinggoan, adalah salah satu seni hibrida, di mana unsur-unsur Jawa dan Bali bertemu dan merupakan pertunjukan rakyat yang mirip dengan ketoprak dan ludruk. Acara ini hidup dan berkembang di wilayah Banyuwangi.
Gamelan, gerakan tari dan kostum mengambil budaya Bali, tapi bahasanya menggunakan Bahasa Jawa dan saat bercanda menggunakan Bahasa Osing sebagai bahasa pengantar. Ceritanya diambil dari budaya Jawa, kebanyakan Serat Damarwulan yang dianggap penghinaan terhadap masyarakat Banyuwangi, yang malah berkembang dan nggak ditentang.
Busana pemain disesuaikan dengan peran. Peran panglima, prajurit, raja dan tokoh kalangan atas umum menggunakan busana khas Bali yang biasa dipakai dalam pertunjukan Arja. Kaum wanita istana memakai busana Bali yang dimodifikasi, yakni kuluk yang dihias bunga kamboja dengan manik-manik, ter (penutup dada) dan biasanya memakai kain jarit berwarna mengkilap. Yang unik, peran rakyat jelata justru memakai busana khas Jawa.
Tarian yang menjadi pengiring di Janger Banyuwangen ini bervariatif. Bisa dibuka dengan tari-tarian khas Bali, seperti Baris, Legong, Pendet atau tari-tarian khas Banyuwangi seperti Jaran Goyang, Jejer Gandrung, Seblang Lokento dan lain-lain.
2. Tari Jaranan Buto
Jaranan Buto terdiri dari dua suku kata, yaitu Jaranan berarti Kuda Lumping dan Buto artinya Raksasa. Jadi, Jaranan Buto adalah Kuda Lumping Raksasa. Keberadaan kesenian ini di daerah Banyuwangi nggak bisa dilepaskan dari cerita rakyat, yaitu Menak Jinggo. Menak Jinggo adalah raja Kerajaan Blambangan yang memiliki tubuh besar seperti raksasa (buto).
Seperti namanya, para pemain seni ini besar, kekar dan tinggi yang mengenakan kostum mirip dengan buto, seperti kuda kepang berkepala raksasa atau berbentuk babi hutan dan topeng kepala binatang buas. Kesenian yang dimainkan sekitar 16-20 orang ini, gerakan tarinya mengekspresikan seperti "raksasa".
Gong, kendang, kethuk dan terompet adalah sebagai musik pengiringnya. Kesenian tari ini sering dipertunjukkan pada khitanan dan upacara iring-iringan pengantin.
Baca Juga: Selain Batik, Ini 5 Kesenian Bernilai Tinggi yang Berasal dari Indonesia
3. Tari Remo
Dalam pertunjukannya, tarian yang berasal dari Jombang ini bercerita tentang perjuangan seorang pangeran di medan perang. Karena, secara historis, Tari Remo adalah tarian yang khusus dilakukan oleh penari laki-laki. Hal itu terkait dengan lakon yang dilakukan dalam tarian ini. Sehingga, sisi maskulinitas penari diperlukan dalam melakukan tarian ini. Tarian ini juga digunakan sebagai pengantar dalam Ludruk.
Namun, dalam perkembangannya menjadi lebih ganas jika ditarikan oleh perempuan, sehingga menimbulkan gaya tari lainnya, yaitu Remo Putri atau Tari Remo gaya perempuan dan banci. Seiring berjalannya waktu, mulai bergeser menjadi tarian menyambut tamu, terutama tamu negara. Selain itu juga sering ditampilkan dalam festival seni daerah sebagai upaya melestarikan budaya Jawa Timur.
Ciri khasnya adalah gerakan kakinya dinamis dan halus. Ciri khas lainnya adalah pada ekspresi wajah, gerakan selendang atau sampur, kuda penari dan mengangguk-menggelengkan kepala membuat tarian ini lebih menarik. Gamelan yang terdiri dari bonang barung / babok, bonang penerus, gambang, gender, gong, kempul, kenong, kethuk, saron, slentem siter dan suling menjadi musik pengiringnya.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editors’ picks
Irama yang sering dilakukan adalah Jula-Juli dan Tropongan, tetapi bisa juga dalam bentuk Gending Gedok Rancak, Krucilan, Walangkekek atau kreasi baru.
4. Topeng Dongkrek
Topeng Dongkrek adalah seni daerah asli dari Madiun. Kesenian ini berbentuk tari dan iringan musik yang lahir sekitar tahun 1867 di Sub-Distrik Mejayan, Kawedanan Caruban, Madiun pada masa kepemimpinan Raden Ngabehi Lo Prawirodipura. Waktu itu, Raden Prawirodipura yang posisinya sebagai Palang (kepala desa) mencoba mencari solusi untuk wabah penyakit (pageblug mayangkoro) yang menimpa rakyatnya.
Dia bermeditasi dan merenung di daerah Gunung Kidul Caruban dan mendapat wangsit untuk membuat semacam tarian atau seni yang bisa mengusir penyakit tersebut. Asal-usul namanya juga unik, berasal dari instrumen musik beduk / kendang yang berbunyi "dung" dan instrumen bernama korek yang berbentuk kayu persegi, di satu ujungnya ada tangkai kayu bergerigi yang ketika digesek berbunyi "krek".
Dalam perkembangannya, alat musik lainnya dimasukkan, seperti gong, gong berry, kenong dan kentongan sebagai perpaduan budaya Cina, Islam dan Jawa. Dan dalam pertunjukannya, ada tiga topeng yang digunakan, yaitu topeng raksasa (buto) dengan wajah menakutkan, topeng wanita mengunyah kapur sirih dan topeng orang tua yang melambangkan kebajikan.
Jadi, kesimpulannya adalah niat jahat akhirnya akan larut dengan kebaikan dan kebenaran, sesuai dengan moto atau sesanti "Surodiro joyoningrat, ngasto tekad darmastuti".
Oh iya, dulu, karena dampak politik Indonesia, seni Topeng Dongkrek cuman mengalami masa kejayaan antara tahun 1867-1902. Selama penjajahan Belanda, seni ini dilarang dan dalam kejayaan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun, seni ini dikait-kaitkan sebagai seni genjer-genjer yang dikembangkan oleh PKI untuk menipu masyarakat umum.
5. Wayang Kayu
Salah satu wayang kayu yang terkenal di Jawa Timur adalah Wayang Timplong yang terbuat dari kayu pinus yang sudah ada sejak tahun 1910-an di daerah Nganjuk. Pembuatannya cukup rumit, karena kayu harus dipahat hingga pipih layaknya wayang kulit. Pengrajin Wayang Timplong juga harus menghiraukan bentuk rinci dari wayang itu sendiri.
Wayang Timplong biasanya dimainkan dengan iringan bunyi gamelan. Suara gamelan berasal dari beberapa alat musik tradisional yang umumnya berkembang di masyarakat Jawa dan Bali seperti gambang bambu, kathuk, kempul, kendang dan kenong.
Wayang Timplong umumnya membawa cerita dari daerah asal seni ini. Biasanya berhubungan dengan Kerajaan Mataram Kuno. Berdasarkan perkembangannya, cerita yang disajikan dalam Wayang Timplong disesuaikan dengan situasi budaya yang saat ini sedang berlangsung.
6. Wayang Wong
Wayang Wong atau Wayang Orang adalah wayang yang dimainkan dengan menggunakan orang sebagai tokohnya dan mengambil kisah Mahabarata dan Ramayana sebagai cerita utama. Ada dua pandangan tentang asal-usul Wayang Wong. Pertama, diciptakan oleh Sultan Hamangkurat I pada tahun 1731. Kedua, diciptakan oleh K.P.A Arya Mangkunegara I yang pemainnya saat itu terdiri dari orang-orang istana.
Wayang Wong adalah perwujudan dari sebuah drama tari dari Wayang Kulit Purwa. Awalnya, pada pertengahan abad ke-18, semua penarinya adalah penari pria, nggak ada penari wanita. Wayang Wong yang berkembang di Jawa Timur adalah pengembangan Wayang Wong dari Jawa Tengah yang diadaptasi dan disisipkan dengan Gending, Pendalangan dan Tari Jawa Timuran yang khas.
Awalnya, Wayang Wong ditampilkan sebagai hiburan bagi kaum bangsawan, tetapi sekarang menyebar menjadi sebuah bentuk seni yang populer. Dalam pertunjukannya, para pemain mengenakan hiasan-hiasan yang ada pada wayang kulit. Untuk membentuk wajah menyerupai wayang kulit (ketika dilihat dari samping), seringkali pemain Wayang Wong wajahnya dihias / dimodifikasi dengan gambar atau lukisan tambahan.
Hal yang menarik tentang pertunjukan Wayang Wong adalah bahwa ada tarian kolosal atau individu dari setiap pemain di setiap jeda cerita. Selain itu, Wayang Wong juga menampilkan tokoh Punakawan sebagai suasana pencair, yang merupakan penggambaran keadaan kawulo alit atau masyarakat pada umumnya dan para abdi dalem.
Baca Juga: Balada Topeng Muludan, Kesenian Tradisional yang Tergilas Zaman
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Baca Lagi lanjutan nya di samping https://www.idntimes.com/travel/destination/riyan-sumarno/6-seni-di-daerah-jawa-timur-ini-sangat-artistik-menawan-dan-orisinal-c1c2
Comments
Post a Comment